Powered By Blogger

Assalamu'alaikum....

Ridho Alloh selalu bersamamu... Yakinkan hari ini lebih baik dari hari kemarin... Dan usahakanlah untuk yang terbaik untuk hari esok.... Kasih sayang-Nya yang kau cari...

Cari Blog Ini

Rabu, 29 September 2010

Tugas IPS_Semester 1

KERAJAAN-KERAJAAN INDONESIA YANG BERCORAK HINDU BUDHA

DI INDONESIA SERTA ASPEK-ASPEK DI SEGALA BIDANG

1. KERAJAAN KUTAI

Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia, Kerajaan Kutai didirikan sekitar abad ke IV (empat masehi).

  1. Letak Geografis Kerajaan Kutai

Menurut sumber-sumber yang berhasil ditemukan, Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Kerajaan Kutai lokasinya dekat dengan jalur pelayaran dan prdagangan yang melalui Selat Makasar, jalur tersebut menghubungkan antara Cina dan India. Sungai Mahakam di daerah Kalimantan Timur pada saat itu dijadikan daerah tempat persinggahan para pedagang dalam perjalanan berlayar. Di tempat persinggahan tersebut, para pedagang tinggal beberapa saat untuk mengisi bekal dan beristirahat. Dalam persinggahan tersebut, para pedagang kemudian berinteraksi dengan penduduk asli setempat, akibatnya terjadi hubungan yang akrab antara pedagang dengan masyarakat Kalimantan Timur.

Nama Kutai disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan bukti-bukti peninggalan atau artefak dari kerajaan tersebut. Setiap prasasti yang ditemukan tidak satu pun yang menyebut nama kerajaan tersebut. Untuk mempermudah dalam penyebutan maka para ahli sejarah memberi nama sesuai dengan daerah tempat penemuan bukti-bukti dari kerajaan itu, yaitu Kutai.

  1. Sumber Sejarah

Bukti-bukti sejarah yang dapat digunakan sebagai sumber sejarah kerajaan Kutai adalah sembagai berikut.

1. Berita Cina yaitu Dinasti T’ang (618-906)

2. Arca-arca budha yang berlanggam seni arca Gandara di kota Bangun (Kutai)

3. Arca-arca kehidupan seperti arca Ganesha di Sewarak dan Mukhalinga di Sepauk

4. Prasasti-prasasti

Prasasti yaitu sumber-sumber yang menyebut adanya kerajaan di Kalimantan Timur yang berupa tulisan. Tulisan itu berhasil ditemukan pada tujuh ting batu yang disebut dengan nama Yupa. Yupa adalah tiang batu yang digunakan untuk mengikat ternak pada upacara kurban. Prasasti yang berupa Yupa yang berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta dapat ditarik keterangan berupa:

a) Silsilah raja yang pernah berkuasa mulai, Kudungga, Asmawarman sebagai Wamsakarta, dan Mulawarman.

b) Keterangan mengenai masa pemerintahan Mulawarman yang mencapai masa keemasan.

c) Upacara kurban yang dilakukan oleh Mulawarman.

d) Agama yang dianut adalah Hindu Syiwa berdasarkan kalimat Wapakeswara (tempat yang berkaitan dengan Dewa Syiwa).

Prasasti Yupa

  1. Sistem Pemerintahan dan Kehidupan Politik

Sistem pemerintahan di Kalimantan Timur mengalami perubahan sejak muncul dan berkembangnya pengaruh Hindu (India). Tata pemerintahan berubah dari pemerintahan seorang kepala suku menjadi kepala pemerintahan seorang raja dalam suatu kerajaan.

Raja pertama kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Kedudukan awalnya sebagai seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh hindu di wilayahnya Kudungga mengubah struktur pemerintahannya menjadi pemerintahan kerajaan dan diperintah oleh seorang raja. Penggantian tahta kerajaan dilakukan secara turun-temurun. Raja Kudungga memiliki anak bernama Asmawarman. Setelah Raja Kudungga wafat, tahta kerajaan digantikan oleh Asmawaraman, putranya. Dalam satu prasasti Asmawarman disebut sebagai Vanisakarta, artinya pembentuk keluarga (dinasti).

Berdasarkan nama dan gelar yang disandangnya, Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu berawal dari pemerintahan Asmawarman. Raja Asmawarman mempunyai tiga orang putera, yang terkenal diantaranya adalah Sang Mulawarman. Raja Mulawarman disebut sebagai seorang raja besar yang sangat mulia dan baik budinya. Kebaikan raja itu diwujudkan dalam pemberian hadiah atau sedekah yang berlimpah. Untuk memperingati kemurahan raja itulah, para brahmana mendirikan Yupa. Besarnya hadiah Mulawarman itu tercantum dalam Yupa. Dikatakan sang raja yang mulia dan terkemuka, telah memberikan sedekah 1000 ekor sapi. Dari keterangan tersebut dapatlah diketahui bahwa kerajaan Kutai pada masa pemerintahan Raja Mulawarman merupakan kerajaan yang kaya dan makmur

  1. Keadaan Masyarakat

1) Bidang Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Kutai dapat diketahui dari prasasti-prasasti yang ditinggalkannya.

    1. Prasasti-prasasti Mulawarman menunjukkan bahwa sebagian penduduk Kutai telah hidup dalm peradaban India.
    2. Masyarakat Kutai sudah ada yang menguasai bahasa Sansekerta.
    3. Pada masa itu kaum brahmana merupakan suatu golongan tersendiri.
    4. Munculnya kaum ksatria yang terdiri atas para kerabat Mulawarman
    5. Tidak semua penduduk Kutai memeluk agama Hindu, masih ada sebagian dari mereka yang tetap memegang teguh agama aslinya.

2) Bidang Ekonomi

a. Berdagang

Hal tersebut diketahui dari penemuan arca berlanggam Gandara di kota Bangun (Kutai) menunjukkan hubungan dan pengaruh budaya India (Hindu-Budha) di Indonesia. Arca-arca tersebut tidak dibuat di Indonesia tetapi di India. Dimungkinkan arca-arca tersebut sampai di Kalimantan (Indonesia) sebagai barang dagangan atau mungkin barang persembahan. Dari hasil temuan-temuan tersebut merupakan salah satu bukti bahwa hubungan pertama yang terjadi adalah hubungan niaga, kemudian berkembang menjadi hubungan agama dan kebudayaan.

b. Beternak

Para ahli sejarah menyebutkan bahwa Kerajaan Kutai sudah mengenal peternakan. Hal itu dibuktikan dalam salah satu prasasti Mulawarman yang menyebutkan pemberian 20.000 ekor sapi kepada brahmana. Sapi yang sebanyak itu dimungkinkan dari hasil peternakan.

2. KERAJAAN TARUMANEGARA

Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua di pulau Jawa, kerajaan ini berdiri kira-kira pada abad ke V (lima) masehi, lokasi kerajaan ini di sekitar Bogor, Jawa Barat.

  1. Letak Geografis

Lokasi kerajaan Tarumanegara berada diantara dua sungai besar yaitu sungai Cisadane (di barat) dan sungai Citarum (di timur), atau tepatnya di sekitar sungai Cisadane (sekitar Bogor sekarang). Wilayah kekuasaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Sunda Kelapa (sekarang Jakarta) sampai daerah perbatasan Cirebon. Menurut beberapa sumber, dapat ditafsirkan bahwa pada masa pemerintahan Purnawarman, wilayah Tarumanegara hampir meliputi seluruh wilayah Jawa Barat.

  1. Sumber-sumber Sejarah

Sumber-sumber sejarah kerajaan Tarumanegara adalah sebagai berikut:

    1. Tujuh buah prasasti yang memakai huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta yaitu:

a) Prasasti Ciampea / Ciaruteum

Letaknya di tepi sungai Citarum di dekat muara sungai Cisadane. Prasasti tersebut berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Huruf-hurufnya terdiri atas empat baris, berbentuk puisi India dan berirama Anustubh. Selain itu huruf-hurufnya terdapat lukissan laba-laba dan tapak kaki.

Terjemahan tulisan prasasti itu antara lain:

“Ini bekas sebuah tapak kaki Dewa Wisnu, ialah Yang Mulia Purnawarman, raja negeri Taruma yang gagah berani di dunia” masyarakat mempercayai lukisan tapak kaki itu sebagai tapak kaki Raja Purnawarman yang merupakan penjelmaan kaki Dewa Wisnu.

b) Prasasti Jambu / Koleangkak

Prasasti tersebut ditemukan di bukit Koleangkak di daerah perkebunan jambu (sebelah barat Bogor), kira-kira 30 km sebelah barat Bogor. Dalam prasasti tersebut memuat tentang nama negara yaitu Tarumanegara (bacaanya berbunyi Tarumayam) dan kebesaran, kegagahan, dan keberanian raja Purnawarman.

c) Prasasti Kebon Sapi

Dalam prasasti tersebut terdapat tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airwata yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu. Bentuk tulisannya adalah puisi Anustubh (puisi India). Prasasti ini terdapat di kampung Muara Hilir, Cibungbulang, Bogor.

Terjemahan tulisan prasasti antara lain:

“Di sini tampak sepasang dua telapak kaki ……yang seperti Airwata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dan (?) kejayaan”.

d) Prasasti Tugu

Prasasti ini ditemukan di desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini merupakan prasasti Tarumanegara yang terpanjang dan terpenting. Tulisan dalam prasasti itu dipahatkan dalam sebuah batu bulat panjang setara melingkar dengan bentuk puisi India (Anustubh). Isinya antara lain tentang penggalian sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak (lebih kurang 12 km), yang bernama Gomati. Penggalian itu dilakukan pada tahun ke-22 pemerintahan raja Purnawarman. Pekerjaan penggalian diselesaikan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai diadakan selamatan dimana raja memberikan hadiah 1000 ekor sapi kepada para Brahmana. Di samping itu prasasti menyebutkan penggalian sungai bernama Candrabaga.

e) Prasasti Pasir Awi

Ditemukan di Pasir Awi, Bogor, memuat gambar tapak kaki. Namun, Prasasti Pasir Awi belum mengungkap keterangan tentang sesuatu hal mengenai Tarumanegara. Hal ini tejadi karena huruf yang digunakan adalah huruf ikal yang belum dapat dibaca.

f) Prasasti Muara Cianten

Lokasin penemuan prasasti Muara Cianten adalah di Muara Cianten, Bogor, sama seperti prasasti Pasir Awi, prasasti Muara Cianten juga belum dapat dibaca. Penyebabnya sama, yaitu karena huruf yang digunakan adalah huruf Ikal yang belum dapat dibaca.

g) Prasasti Lebak / Cidanghiang

Lokasi penemuanya di kampung Lebak (di pinggir sungai Cidanghiang), kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten pada tahun 1947. Prasasti ini memuat dua baris kalimat huruf Pallawa yang merupakan satu seloka dalam bentuk puisi India. Isi prasastinya menyebutkan bahwa raja Purnawarman adalah seorang raja yang agung, pemberani dan perwira.

    1. Arca-arca

Arca-arca yang ditemuka antara lain Arca Rajarsi, Wishnu Cibuaya I, dan Wishnu Cibuaya II.

    1. Berita Cina

Berita Cina yang ditemukan antara lain catatan I-tsing (abad ke-7 M), berita dari Dinasti Soui, berita dari Dinasti T’ang, dan berita dari Fa-Hsien. Selain itu juga ada berita Cina yang lainnya yaitu berita Cina dari masa pemerintahan Dinasti Tang dan Sung, menyebutkan sebuah kerajaan bernama Tolomo. Kerajaan tersebut beberapa kali mengirimkan utusannya ke Cina. Kemungkinan besar, yang dimaksud dengan Tolomo adalah Taruma.

  1. Sistem Pemerintahan dan Kehidupan Politik

Berdasarkan dari berbagai sumber yang terdapat pada prasasti-prasasti, diketahui bahwa raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara hanyalah Raja Purnawarman. Bahwa raja yang pernah memerintah Kerajaan Tarumanegara sebelum dan sesudah Raja Purnawarman belum pernah diketahui. Hal ini disebabkan tidak terdapatnya bukti-bukti yang menyatakan tentang keberadaan raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Tarumanegara. Raja Purnawarman adalah raja besar yang pernah memerinatah dan meningkatkan kehidupan rakyatnya, karena pada zaman Purnawaraman kerajaan Tarumanegara telah mampu membuat saluran air yang diambil dari sungai Citarum. Hal tersebut diketahui dari prasasti Tugu yang menyatakan Raja Purnawarman telah memerintahkan untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat dan menahan banjir.

  1. Keadaan Masyarakat
    1. Bidang Sosial Budaya

Masyarakat Kerajaan Tarumanegara terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan masyarakat yang berbudaya Hindu berbudaya asli. Agama dan budaya Hindu berkembang di lingkungan istana. Huruf yang dipergunakan adalah huruf Pallawa, sedangkan bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Sansekerta dan K’un-lun. K’un-lun adalah suatu bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa Sansekerta.

    1. Bidang Ekonomi

Kehidupan ekonomi penduduk Kerajaan Tarumanegara sudah beragam. Mata pencaharian mereka antara lain pertanian, pelayaran, dan peternakan. Berdasarkan prasasti Tugu dapat diketahui bahwa Raja Purnawarman sangat memperhatikan bidang pertanian dan perdagangan. Hal itu terlihat dari perintah Raja Purnawarman untuk membangun saluran air di Sungai Gomati yang panjangnya 6.112 tombak atau 12 km. Saluran itu dimaksudkan untuk mencegah banjir dan irigasi, sehingga panen tidak mengalami kegagalan sekaligus untuk transmigrasi.

Para pedagang Tarumanegara melakukan usaha perniagaan dengan melakukan pelayaran ke luar wilayahnya. Hal ini terjadi karena letak Tarumanegara cukup strategis untuk jalur perdagangan. Barang dagangannya antara lain cula badak, gading gajah, kulit penyu, emas, dan perak. Dengan melihat barang-barang dagangan tersebut, mak dapat disimpulkan masyarakat Tarumanegara sudah mengenal perburuan hewan, perikanan, dan pertambangan.

3. KERAJAAN SRIWIJAYA

a. Letak Geografis

Berdasarkan penemuan prasasti dapat diselidiki bahwa letak Sriwijaya di wilayah Sumatra bagian selatan. Pusat pemerintahannya diperkirakan terletak di tepi sungai Musi atau disekitar kota Palembang sekarang.

b. Sumber-sumber Sejarah

a. Berita Asing

Sriwijaya merupakan kerajaan Maritim dengan letak yang sangat strategis. Maka banyak pedagang asing yang datang untuk melakukan kegiatan perdagangan di pusat kerajaan. Berita-berita asing itu diantaranya datang dari Arab, India, dan Cina.

1. Berita dari Arab dapat diketahui bahwa telah banyak pedagang Arab yang melakukan kegiatan di Sriwijaya. Bahkan di pusat Kerajaan Sriwijaya telah ditemukan perkampungan orang-orang arab sebagai tempat tinggal sementara. Orang-orang Arab menyebut nama Sriwijaya dengan nama Zabag, Zabay, atau Sribusa.

2. Berita dari India dapat diketahui bahwa Raja Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja di kerajaan India, misalnya dengan Kerajaan Nalanda dan Cholamandala.

3. Berita dari Cina dapat diketahui melalui para pedagang Cina yanag datang ke Sriwijaya. Selanjutnya, mereka meneruskan perjalanannya ke India dan Romawi. Selain itu juga terdapat berita dari para pedagang Sriwijaya yang datang ke Cina.

b. Berita dalam Negeri

Berita dalam negeri tentang keberadaan Sriwijaya diketahui melalui prasasti yang dibuat oleh raja-raja Sriwijaya. Prasasti tersebut diantaranya sebagai berikut.

1. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 682 M. Prasasti tersebut menyebutkan bahwa Raja Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang membawa tentara 20.000 orang dan berhasil menundukan daerah Minanga. Kemenangan itu mengakibatkan Sriwijaya menjadi daerah yang cukup makmur pada masa itu. Daerah Minanga yang dimaksudkan itu diduga daerah Binaga di Jambi sekarang.

2. Prasasti Talang Tuo

Prasasti ini berangka tahun 684 M. Prasasti itu menyebutkan tentang pembuatan taman Srikesetra atas perintah raja Dapunta Hyang.

3. Prasasti Telaga Batu

Prasasti ini menyebutkan tentang kutukan seorang raja terhadap siapa saja yang tidak taat kepada Raja Sriwijaya. Kutukan itu juga diberikan kepada orang jahat.

4. Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini berangka tahun 684 M. Prasasti ini menyebutkan bahwa Sriwijaya berusaha menaklukkan bumi Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya. Prasasti ini ditemukan di pulau Bangka.

5. Prasasti Ligor

Prasasti ini berangka tahun 775 M. Prasasti ini menyebutkan tentang pendirian Ibukota Ligor di Semenanjung Malaya agar lebih dekat mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaya.

6. Prasasti Karang Birahi

Prasasti ini berangka tahun 686 M. Prasasti ini ditemukan di daerah pedalaman Jambi yang menunjukkan penguasaan daerah itu oleh Sriwijaya.

7. Prasasti Nalanda

Prasasti ini menyebutkan bahwa Balaputra Dewa sebagai raja terakhir dari Dinasti Syailendra. Balaputra Dewa terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Selanjutnya Balaputra Dewa menjadi raja di Sriwijaya.

c. Sistem Pemerintahan

Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Sriwijaya yang didirikan oleh Dapunta Hyang pada tahun 683 M. Dapunta Hyang berasal dari Minangkabau. Wilayah Kerajaan Sriwijaya diperluas dengan menaklukkan Bhumi Jaya (Tarumanegara), Bangka, dan Malaka. Oleh karena itu, walayah Sriwijaya hampir meliputi wilayah Nusantara.

Raja-raja yang pernah memerintah Sriwijaya, yang dapat diketahui antara lain.

1. Dapunta Hyang

Diketahui melalui prasasti Kedukan Bukit (682 M). Dalam pemerintahannya, Dapunta Hyang berhasil memperluas wilayahnya sampai ke Jambi dengan menduduki Minanga.

2. Balaputra Dewa

Balaputra Dewa merupakan raja yang masih termasuk keturunan Dinasti Syailendra (Jawa Tengah). Pada masa pemerintahan Balaputra Dewa, Sriwijaya mengalami masa kejayaannya.

3. Sanggrama Wijayatunggawarman

Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya mendapat ancaman dari Cholamandala. Kerajaan Cholamandala dibawah pemerintahan Raja Rajendra Chola melakukan serangan ke Sriwijaya.

d. Keadaan Masyarakat

1. Bidang Sosial

Sebagian penduduk Sriwijaya memeluk agama Budha baik itu aliran Hinayana maupun Mahayana. Dari prasasti Nalanda diketahui bahwa Raja Balaputra Dewa dengan bantuan Raja Dewapaladewa di Pali telah mendirikan Vihara di Nalanda (India) bagi pelajar-pelajar Nusantara yang belajar agama Budha di Nalanda,

Selain itu Sriwijaya juga mendatangkan biksu dari dari India untuk memberikan pelajaran agama Budha di Sriwijaya. Dari bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa rakyat Sriwijaya berpendidikan sangat tinggi.

2. Bidang Ekonomi

Perkembangan pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka semakin pesat, ketika Raja Balaputra Dewa bertahta di Kerajaan Sriwijaya. Salah satu faktor penyebabkan adalah dibukanya hubungan dengan kerajaan Benggala dan Chola dari India. Meningkatnya aktifitas pelayaran perdagangan mendukung Sriwijaya untuk membuka kota baru di Semenanjug Malaka yaitu di Ligor pada tahun775 M. Hal ini diketahui dari prasasti Ligor.

e. Pusat Perkembangan Agama Budha di Asia Tenggara

Peranan Sriwijaya sebagai pusat perkembangan agama budha di Asia Tenggara secara jelas diungkapkan oleh I Tsing seorang pendeta dari Cina. I Tsing mengatakan bahwa di Sriwijaya terdapat seribu orang pendeta yang belajar agama Budha, seperti halnya di India. Pedeta-pendeta Cina yang ingin belajar ke India dianjurkan untuk terlebih dahulu ke Sriwijaya selama satu atau dua tahun. Pendeta-pendeta yang belajar di Sriwijaya di bimbing oleh seorang guru yang terkenal bernama Sakyakirti.

Dari keterangan tersbut dapat kita simpulkan bahwa Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 M menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Budha di Asia Tenggara. Di tempat ini pula I Tsing menterjemahkan naskah-naskah suci agama Budha dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Cina.

f. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang makmur dan kaya karena hasil pelayaran dan perdagangan. Semua kapal dagang yang mengadakan pelayaran dari Cina ke India atau sebaliknya singgah di bandar-bandar Sriwijaya. Demikian pula kapal-kapal dagang Kerajaan Sriwijaya sendiri berlayar hampir di segenap bandar di Asia.

Kerjaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-8 dan ke 9 M, semasa pemerintahan Raja Balaputradewa dari Dinasti Syailendra. Ia merupakan raja yang cakap dalam memerintah dan berhasil menjadikan Sriwijaya Kerajaan besar. Demi kepentingan kerajaan ia banyak mengirim para pemuda untuk belajar di India, terutama di Perguruan Tinggi Nalanda. Untuk tempat tinggal para pelajar, Balaputradewa menyediakan asrama. Tindakan raja itu dapat diberitakan oleh prasasti Nalanda di India.

g. Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Pada abad ke-11 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Penyebabnya antara lain:

ü Serangan kerajaan Cholamandala dari India selatan pada tahun 1024 M dan 1030 M. Dalam serangan tersebut, raja Sriwijaya bernama Sri Sanggramawijaya ditawan oleh musuh. Serangan itu mengakibatkan banyak kapal Sriwijaya tenggelam dan hancur. Angkatan laut Sriwijaya menjadi lemah.

ü Kekuatan armada laut Sriwijaya semakin lemah. Akibatnya, kontrol terhadap wilayah bawahan semakin lemah. Keadaan itu terbukti dari pembangkangan Kerajaan Melayu untuk melepaskan diri dari Sriwijaya.

ü Merosotnya aktivitas perdagangan di Sriwijaya. Kemerosotan itu disebabkan oleh keamanan yang kacau sehingga para pedagang enggan singgah di Sriwijaya. Sriwijaya yang dulunya menjadi pusat perdagangan kini telah menjadi sarang bajak laut.

ü Berdirinya Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-13 M. Sepak terjang Majapahit dengan sumpah palapa-nya membuat Sriwijaya menghilang dari kancah sejarah.

4. KERAJAAN HO-LING

a. Letak Geografis

Letak Kerajaan Ho-Ling hingga kini belum dapat diketahui dengan pasti. Hal ini dikarenakan tidak adanya bukti-bukti tertulis yang berhasil ditemukan untuk mengetahui keberadaan kerajaan tersebut. Walaupun demikian, beberapa pendapat yang menyatakan letak dari Kerajaan Ho-Ling antara lain sebagai berikut.

1. Menurut Berita Cina

Berita Cina yang berasal dari Dinasti T’ang menyebutkan bahwa letak kerajaan Ho-Ling berbatasan dengan laut sebelah selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah timur, dan To-Po-Teng di sebelah barat. Nama lain dari Ho-Ling adalah Cho-Po (Jawa) sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Ho-Ling terletak di pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah

2. Menurut J.L. Moens

J.L. Moens dalam menentukan letak kerajaan Ho-Ling meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Menurutnya, Kerajaan Ho-Ling dimungkinkan di tepi Selat Malaka yaitu Semenanjung Selt Malaka. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan saat itu. J.L. Moens diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di Semenanjung Malaya bernama Kiling.

b. Sumber Sejarah

Satu-satunya sumber sejarah yang menyatakan tentang keberadaan Ho-Ling berasal dari berita Cina. Berita dari I-Tsing menyebutkan bahw seorang temannya yang bernama Hui-Ning dengan pembantunya yang bernama Yun-Ki pergi ke Ho-Ling tahun 664 / 665 M untuk mempelajari ajaran agama Budha. Ia juga menterjemahkan kitab suci agama Budha dari bahasa Sansekerta kedalam bahasa Cina yang dibantu pendeta Budha dari Ho-Ling yang bernama Jnanabhadra. Menurut berita dari Dinasti Sung, kitab yang diterjemahkan itu adalah bagian terakhir tentang pembukaan jenazah Sang Budha. Selain itu diberitahukan bahwa Ho-Ling telah menjalin hubungan yang sangat luas walaupun secara politis kedudukannya taidak tinggi.

c. Sistem Pemerintahan dan Kehidupan Politik

berita dari Cina, Ho-Ling diperintah oleh seorang putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras namun adil dan bijaksana. Raja Ta-Che telah membuktikan kebijakan sistem pemerintahan Ratu Sima dengan mengutus mata-mata ke Kerajaan Ho-Ling.

Mata-mata raja Ta-Che tersebut meletakan sekantung emas di pinggir jalan menuju ke pasar. Ternyata lebih kurang tiga tahun, kantung emas itu tidak ada yang berani menyentuhnya apa lagi mengambilnya. Hingga pada suatu ketika Putra Mahkota sendiri yang menyandung kantung emas tersebut tanpa sengaja. Melihat kejadian tersebut Ratu Sima sangat marah dan menjatuhkan hukuman mati kepada putranya, namun hukuman itu diurungkan oleh pertimbangan para pejabat kerajaan.

Melihat tindakan yang di lakukan oleh Ratu Sima itu, mata-mata Kerajaan Ta-Che memberikan laporannya kepada Raja Ta-Che. Akhirnya Raja Ta-Che mengurungkan niatnya untuk menyerang Ho-Ling.

d. Keadaan Masyarakat

1) Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Ho-Ling sudah teratur rapi. Hal ini disebabkn sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di samping itu, juga dikenal sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan menaati keputusan Ratu Sima.

2) Kehidupan Perekonomian Masyarakat Kerajaan Ho-Ling Berkembang Pesat

Masyarakat Kerajaan Ho-Ling telah mengenal hubungan dagang. Mereka menjalin hubungan dagang pada suatu tempat yang disebut dengan pasar. Di pasar itu mereka mengadakan hubungan perdagangan yang teratur

5. KERAJAAN MATARAM LAMA

Kerajaan Mataram Lama (Kuno) merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak di Jawa Tengah. Kerajaan Mataram Lama muncul beberapa saat setelah Kerajaan Ho-Ling, Ibukota Kerajaan Mataram Lama bernama Medang Kemulan, dengan raja pertama bernama Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

a) Letak Geografis

Kerajaan Mataram Lama berada di daerah Jawa Tengah bagian selatan. Raja Mataram Lama pertama yaitu Raja Sanjaya. Ia membangun istanahnya di Poh Pitu sampai sekarang belum dapat ditentukan. Daerah Mataram merupakan dataran yang subur, karena dikelilingi banyak gunung dan pegunungan serta dialiri oleh sungai, diantaranya Sungai Bengawan Solo dan Sungai Opak. Keadaan alam yang subur sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia. Hal ini sangat mendukung percepatan penduduk sehingga sumber daya manusia daerah itu cukup besar dan merupakan kekuatan utama bagi kerajaan tersebut.

b) Sumber Sejarah

Keberadaan Kerajaan Mataram Lama dari Dinasti Sanjaya berhasil diketahui melalui beberapa prasasti, diantaranya sebagai berikut.

1. Prasasti Canggal (732 M)

Prasasti tersebut dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang berkaitan dengan pembuatan sebuah lingga (lambang dari Dewa Siwa). Berita yang mengungkapkan Kerajaan Mataram Lama bersumber dari prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini merupakan bagian dari bangunan Lingga Yoni yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu.

2. Prasasti Balitung atau Prasasti Mantyasih (907 M)

Prasasti ini merupakan merupakan prasasti tembaga yang dikeluarkan oleh Raja Dyah Balitung. Dyah Balitung mengeluarkan prasasti itu sehubungan dengan pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Mantyasih.

3. Kitab Cerita Parahyangan yang menceritakan tentang ikhwal raja-raja dari Dinasti Sanjaya.

c. Sistem Pemerintahan

Berdasarkan Prasasti Mantyasih ditemukan silsilah raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram Lama. Namun dari raja-raja tersebut tidak semuanya berhasil diketahui bentuk pemerintahannya, dikarenakan keterbatasan sumber-sumber.Adapun raja-raja yang diketahui pemeintahannya adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Pikatan, Dyah Balitung, berikut keterangannya.

Ø Sanjaya

Dari Prasasti Canggal, kita dapat mengetahui bahwa pada zaman 732 M Raja Sanjaya mendirikan sebuah Lingga Yoni, di desa Canggal, Gunung Wukir, Jawa Tengah. Pendirian bangunan ini dimaksudkan sebagai ungkapan bukti kepada Dewa Siwa, sekaligus sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran. Dilihat dari maksud seperti itu, dapat kita simpulkan bahwa Raja Sanjaya beserta rakyatnya beragama Hindu. Sebelum Sanjaya, raja yang memerintah Mataram Lama bernama Sanna. Raja itu memerintah dengan baik seperti mendidik anaknya. Rakyat hidup dari hasil pertanian, selain itu Mataram Lama juga banyak menghasilkan emas. Setelah Raja Sanna meninggal, rakyat kehilangan seorang pelindung, sehingga kerajaan terancam hancur.

Raja Sanjaya yang menggantikan berusaha membangun kembali Mataram Lama. Berkat kerja kerasnya, Mataram Lama kembali menjadi kerajaan yang besar dan kuat. Kerajaan bertambah makmur dan rakyat hidup dengan aman dan damai. Untuk melanggengkan kekuasaannya, Sanjaya membangun dinasti yang dikenal sebagai Dinasti Sanjaya.

Ø Rakai Panangkaran

Rakai Panangkaran memerintah setelah Sanjaya. Sumber penting mengenai Rakai Panangkaran terdapat dalam prasasti Kalasan yang berangka tahun 778 M. Prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Pranagari. Prasasti itu menyebutkan bahwa para pendeta agama Budha meminta ijin pada raja untk mendirikan sebuah bangunan pemujaan Dewi Tara. Raja mengabulkan permintaan itu dengan menghadiahkan desa Kalasan. Bangunan yang didirikan di desa ini dikenal sebagai Candi Kalasan.

Semasa pemerintahan Rakai Panangkaran, Mataram Lama berada di bawah pengaruh Kerajaan Syailendra. Rakai Panangkaran menjadi semacam raj bawahan (vassal). Kerajaan Syailendra mencapai puncak kejayaan pada masa pemerinktahan Samarottungga. Berbeda dengan Mataram Lama, Kerajaan Syailendra bercorak Budha. Walaupun demikian, tidak terjadi perseteruan agama antara keluarga Sanjaya dan keluarga Syailendra.

Ø Rakai Pikatan

Setelah beberapa lama berada di bawah pengaruh Syailendra, Mataram Lama kembali bangkit semasa pemerintahan Rakai Pikatan. Kebangkitan itu diawali oleh pemerintahan bersama keluarga Sanjaya dan Syailendra, melalui perkawinan Rakai Pikatan (Sanjaya) dan Pramodawardhani (Syailendra). Pemerintahan bersama melalui perkawinan itu tidak berlangsung mulus begitu saja. Sebelumnya Syailendra diperintah oleh Balaputradewa (adik Pramodhawardani). Rakai Pikatan memanfaatkan kesempatan perkawinan untuk merebut tahta Syailendra. Ia menekan istrinya untuk menuntut hak tahta Syailendra. Perang saudara tidak dapat dihindarkan. Balaputradewa terdesak dan melarikan diri ke Sumatra.

Pemerintahan gabungan Sanjaya-Syailendra menjadi lambang persatuan dua corak kebudayaan yang berbeda, yakni Hindu dan Budha. Di negara asalnya, India, kedua kebudayaan itu cenderung bersaing. Akan tetapi, pemerintahan gabungan tidak berlangsung lama. Setelah kemenangan Rakai Pikatan, keluarga Syailendra di bawah pengaruh keluarga Sanjaya.

Ø Dyah Balitung

Raja Dyah Balitung naik tahta saat Karajaan Mataram Lama berada dalam keadaan terpecah-belah akibat persaingan kalangan bangsawan. Berkat jerih payahnya Mataram Lama kembali dapat dipersatukan, bahkan menjadi kuat. Kerajaan dapat memperluas pengaruhnya sampai ke Jawa Timur.

Masa pemerintahan Dyah Balitung menghasilkan banyak prasasti. Prasasti terpenting adalah prasasti Mantyasih, yang memuat silsilah raja-raja dari dinasti Sanjaya sampai masa pemerintahan Dyah Balitung. Masa pemerintahan Dyah Balitung juga ditandai oleh reorganisasi pemerintahan. Pada masa itu diperkenalkan jabatan baru, yaitu Rakyan i hino, Rakyan I halu, dan Rakyan I sirikan. Ketiga jabatan tinggi tersebut terus dipergunakan dalam pemerintahan Singhasari-Majapahit.

Setelah Dyah Balitung, Mataram Lama berturut-turut diperintah oleh Daksa, Tulodhong, Wawa, dan Mpu Sindok untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur. Peristiwa itu menandai berakhirnya Kerajaan Mataram Lama dan Dinasti Sanjaya, sekaligus mulainya Kerajaan Medang Kamulan dan Dinasti Isana.

d. Keadaan Masyarakat

Dari berbagai sumber prasasti yang ada, menggambarkan bahwa pada zaman Kerajaan Mataram, hubungan antara kalangan istana dan desa-desa cukup erat. Keadaan alam yang cukup mendukung, membuat rakyat Mataram Lama mengembangkan aktivitas perekonomiannya dengan pesat. Pada masa pemerintahan Kayuwangi, berkembang usaha-usaha untuk memajukan pertanian.

6. KERAJAAN SYAILENDRA

a. Letak Geografis

Berdasarkan bukti-bukti berupa candi Kerajaan Syailendra meliputi wilayah Yogyakarta sekarang dan sekitarnya. Pada masa pemerintahan Balaputradewa, pusat kedudukan Raja Syailendra terletak di daerah pegunungan di sebelah selatan. Hal itu diketahui berdasarkan bukti atas ditemukannya peninggalan Istana Ratu Boko.

b. Sumber-sumber Sejarah

Sumber-sumber sejarah Kerajaan Syailendra yang diketahui diantaranya sebagai berikut.

1) Prasasti Kalasan (778 M)

Prasasti tersebut menyebutkan tentang seorang raja dari Kerajaan Syailendra yang berhasil menunjuk Rakai Panangkaran untuk mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah bangunan bagi para pendeta.

2) Prasasti Ratu Boko (856 M)

Prasast ini menyebutkan tentang kekalahan Balaputradewa dalam perang saudara melawan Pramodhawardani.

3) Prasasti Nalanda (860 M)

Prasasti ini menyebutkan tentang asal-usul Raja Balaputradewa yang termasuk keturunan raja-raja Syailendra.

4) Peninggalan-peninggalan berupa candi seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan candi-candi lainnya.

c. Sistem Pemerintahan

Berdasarkan prasasti yang sudah ada, diketahui beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Syailendra. Namun, tidak semuanya diketahui sistem pemerintahannya. Raja-raja yang berkhasil diketahui masa pemerintahannya diantaranya sebagai berikut.

1) Raja Indra

Pada masa pemerintahan Raja Indra, Kerajaan Syailendra menjalankan politik ekspansi. Perluasan walayah dilakukan untuk menguasai daerah-daerah yang berada di Selat Malaka

2) Raja Samarattungga

Pada masa pemerintahanya, dibangun sebuah candi yang sangat megah yaitu Candi Boroburdur. Upaya pembangunan candi yang besar itu menunjukkan bahwa rakyat Kerajaan Syailendra pada waktu itu mengalami masa gemilang.

d. Keadaan Masyarakat

Keadaan masyarakat pada waktu Syailendra, belum dapat diketahui secara pasti. Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli sejarah menafsirkan kehidupan masyarakat Kerajaan Syailendra sugdah teratur. Hal tersebut dapat diketahui melalui cara pembuatan candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong royong. Pembuatan candi ini menunjukkan bahwa rakyat Kerajaan Syailendra sangat taat dan mengkultuskan rajanya.

7. KERAJAAN MEDANG KAMULAN

Nama Medang Kamulan menunjukkan bahwa kerajaan itu merupakan kelanjutan Kerajaan Mataram Lama di Jawa Tengah. Akan tetapi, Medang Kamulan tetap merupakan kerajan tersendiri karena diperintah oleh dinasti baru, yakni Dinasti Isana. Dinasti Isana memerintah selam 1 abad sejak tahun 929 M.

  1. Letak Geografis

Melalui penemuan beberapa prasasti, dapat diketahui bahwa Medang Kamulan terletak di daerah Jawa Timur (Muara Sungai Brantas). Kerajaan Medang Kamulan didirikan oleh Mpu Sindok, dengan Ibukota kerajaan bernama Watan Mas. Walayah kekuasaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu Sindok meliputi Nganjuk sebelah barat, Pasuruan sebelh timur, Surabaya sebelah utara, dan Malang sebelah selatan. Dalam perkembangan selanjutnya, Medang Kamulan hampir menguasai seluruh wilayah Jawa Timur dengan daerah pengaruhnya mencakup daerah Indonesia Timur.

  1. Sumber-sumber Sejarah

1. Berita Asing

Berita asing tentang keberadaan Medang Kamulan yang berada di wilayah Jawa Timur diketahui melalui berita dari India dan Cina. Berita dari India menyebutkan bahwa Sriwijaya menjalin Hubungan dengan kerajaan-kerajaan di India untuk membendung serangan dari Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa. Berita dari Cina ditulis dari catatan pada zamn Dinasti Sung

2. Prasasti

a) Prasasti Mpu Sindok

Prasasti ini ditemukan di Desa Tengeran, Jombang tahun 933 M. Prasasti itu menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya yang beranama Sri Parameswari.

b) Prasasti Mpu Sindok di Daerah Bangil

Prasasti itu menyatakan bahwa Mpu Sindok memerintahkan pembuatan sebuah candi sebagai tempat pemakaman ayah permaisurinya yang bernama Rakyan Bawang.

c) Prasasti Mpu Sindok di Lor (dekat nganjuk)

Prasasti itu menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan sebuah candi di Desa Anjukladang.

d) Prasasti Calcuta

Prasasti Calcuta merupakan prasasti dari Raja Airlangga yang menyatakan tentang silsilah keturunan Raja Mpu Sindok.

c. Sistem Pemerintahan

Sejak berdiri dan berkembangnya Kerajaan Medang Kamulan yang berada di wilayah Jawa Timur terdapat beberapa raja yang diketahui memerintah kerajaan tersebut adalah sebagai berikut.

Penjelasan beberapa raja-rajanya sebagai berikut:

1. Raja Mpu Sindok

Raja Mpu Sindok memerintah Kerajaan Medang Kamulan dengan gelar Mpu Sindok Sri Isyanatunggadewa. Dari gelar itulah diambil nama Dinasti Isyana. Raja Mpu Sindok merupakan keturunan dri Dinasti Sanjaya ( Matram Lama). Karena desakan dari Kerajaan Sriwijaya, maka Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Mpu Sindok merupakan raja pertama dari Medang Kamulan. Ia memerintah selama 20 tahun yang dibantu oleh permaisurinya. Mpu Sindok memerintah dengan adil dan bijaksana, berbagai usaha ia lakukan untuk memakmurkan rakyatnya, antara lain dengan membangun bendungan atau tanggul untuk pengairan. Ia melarang rakyatnya menangkap ikan di bendungan pada siang hari. Larangan itu ada kaitannya dengan pelestarian sumber daya alam. Meskipun beragama hindu, Mpu Sindok memperhatikan usaha pengubahan Kitab Bibha Mahayana, hasil gubahan berupa Kitab Sang Hyang Kamahayikan. Perhatian itu menunjukkan agama Hindu dan budha dapat berdampingan secara damai

2. Dharmawangsa Teguh

Dharmawangsa Teguh adalah cucu Mpu Sindok, selama memerintah ia berusaha meningkatkan pertanian dan perdagangan. Akan tetapi, usaha untuk meningkatkan perdagangan menjadi sulit karena perdagangan di kawasan perairan Jawa dan Sumatra dikuasai Sriwijaya. Raja Dharmawangsa merupakan raja yang besar, hal itu tampak pada politik luar negerinya, dan percaya bahwa kedudukan ekonomi Sriwijaya yang kuat merupakan ancaman bagi Medang Kamulan. Dharmawangsa menyerang ke Sriwijaya, tetapi selang beberapa tahun Sriwijaya menyerang balik ke Medang Kamulan. Pada tahun 1003 M Dharmawangsa mengirimkan tentaranya untuk merebut pusat perdagangan Sriwijaya tetapi tidak berhasil, bahkan Sriwijaya membalas melalui serangan Kerajaan Wurawari (bawahan Sriwijaya) akhirnya Medang Kamulan mengalami kehancuran dan Dharmawangsa gugur, peristiwa ini disebut Pralaya Medang.

3. Airlangga (Erlangga)

Airlangga adalah putra dari Raja Bali Udayana dan Mahendradatta suadari Dharmawangsa. Saat pesta pernikahan itulah terjadi Pralaya Medang. Di tengah keributan Airlangga berhasil melarikan diri bersama pengikutnya yang setia dan ia hidup mengembara di hutan serta mendapat gemblengan dari para brahmana, pada tahun 1019 M Airlangga dinobatkan menjadi raja.

Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan. Secara berturut-turut Airlangga menaklukkan raja-raja yang sebelumnya menjadi vassal semasa pemerintahan Dharmawangsa. Raja Bisaprabhawa berhasil ditaklukkan tahun1029 M, Raja Wijayawarmma dari Wengker tahun 1030 M, Raja Adhamapanuda ditklukkan tahun 1031 M, Raja Wurawari ditaklukkan tahun 1035 M, dan sekali lagi Airlangga menghadapi Wijayawarmma karena memberontak. Setelah wibawa kerajaan berhasil dikembalikan, pusat pemerintahan dipindahkan ke Kahuripan. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, Airlangga melakukan tindakan sebagai berikut.

ü Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya di muara kali Brantas.

ü Membangun waduk Waringin Sapta untuk mencegah banjir musiman.

ü Membangun jalan-jalan yang menghubungkan pesisir ke pusat kerajaan.

Pada masa pemerintahan Airlangga, pelabuhan Tuban dan Hujung Galuh menjadi bandar dagang yang ramai. Kapal-kapal asing dari India, Birma, Kamboja, dan Champa berkunjung ke kedua tempat itu. Berkat jeripayah Airlangga Medang Kamulan mencapai masa kejayaan dan kemakmuran. Kerhasilan dan pengalaman hidup dikisahkan dalam kitab Arjunawiwaha yang digubah oleh Mpu Kanwa. Kebijaksanaan Airlangga tampak dari perhatian kepada para brahmana karena yang telah menggembleng semasa mengembara di hutan, serta mendirikan tempat suci untuk para pendeta di daerah Pucangan.

Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan mundur dari pemerintahan dan menjadi petapa dengan sebutan Resi Gentayu, dan akhirnya meninggal tahun1049 M, jenazahnya disemayamkan di lereng gunung penanggungan dalam komplek Candi Belahan. Pewaris tahta kerajaan seharusnya seorang putri (Sri Sanggramawijaya) yang lahir dari permaisuri. Namun karena memutuskan menjadi petapa, tahta beralih pada putra yang lahir dari selir. Untuk menghindaari perang saudara Medang Kamulan dibagi menjadi dua yang dilakukan oleh Mpu Bharada, batas kedu kerajaan adalah Kali Brantas. Berakhirlah kerajaan Medang Kamulan sekaligus Dinasti Isana.

d. Keadaan Masyarakat

Keadaan masyarakat Medang Kamulan di lihat dari kehidupan masyarakat sudah teratur. Dalam kehidupan sosial masyarakat dibedakan berdasarkan kasta (dalam masyarakat Hindu) dan juga berdasarkan kedudukan seseorang dalam masyarakat, baik dalam struktur birokrasi maupun dalam kekayaan material, dan lain-lain. Dalam bidang ekonomi dibawah pemerintahan Dharmawangsa Kerajaan Medang Kamulan menjadi pusat pelayaran dan pedagangan di Indonesia. Namun, akibat serangan dari Kerajaan Wurawari, segal kegiatan perekonomian mengalami kehancuran.

8. KERAJAAN KADIRI

Sepeninggalan Airlangga, Kerajaan Medang dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Janggala dengan Ibukota Kahuripan dan Kerajaan Kadiri (Panjalu) dengan Ibukota Daha. Maksud Airlangga membagi kerajaan adalah untuk mencegah perang saudara, tetapi usaha tersebut mengalami kegagalan. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi pertikaian antara Janggala dengan Kadiri, dan berakhir dengan kekalahan Janggala. Kerajaan berhasil dipersatukan dibawah kekuasaan Kadiri.

a. Letak Geografis

Wilayah kekuasaan Kadiri pada awalnya meliputi Kadiri, Madiun, dan bagian barat Medang Kamulan. Ibukota Kadiri adlah Daha yang terletak di tepi Sungai Brantas yang merupakan daerah yang sangat subur.

b. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Kadiri berasal dari prasasti dan berita asing, diantaranya sebagai berikut:

1. Sumber Prasasti diantaranya Prasasti Sirah Keting, Prasasti Ngantang, Prasasti Jaring, dan Prasasti Kamulan. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Kadiri antara lain, Prasasti Panumbangan, Prasasti Palah, Kitab Smaradhahana karangan Mpu Dharmaja, Kitab Hariwangsa karangan Mpu Panuluh, Kitab Krinayana karangan Mpu Triguna, dan Candi Panataran.

2. Berita asing tentang Kadiri sebagian besar diperoleh dari Cina, yang berasal dari Chu Fan Chi yang dikarang oleh Chu Ju Kua (1220). Buku itu banyak mengambil cerita dari buku-buku terdahulu yang menerangkan Kerajaan Kadiri dari abad ke-12 dan ke-13

c. Sistem Pemerintahan

Kerajaan Kadiri muncul ke permukaan dengan ditemukannya Prasasti Sirah Keting yang dikeluarkan oleh Rakai Sirikan Sri Bameswara yang naik tahta (1117-1135). Kemudian digantikan oleh Jayabaya (1135-1159). Ada dugaan situasi politik pada masa itu sangat panas dikarenakan perebutan kekuasaan. Setelah Jayabaya yang memerintah Kadiri secara berturut-turut adalah Sri Sarweswara (1159-1169), Sri Aryeswara (1169-1180), Sri Gandra (1180-1185), Sri Kameswara (1185-1194), dan yang terakhir Kertajaya (1200-1222). Kertajaya jatuh ditaklukkan oleh seorang Akuwu dari tumapel yaitu Ken Arok.

1. Samarawijaya

Tiadak banyak di ketahui tentang pemerintahan Samariwijaya ini. Kemungkinan besar dialah yang mengalahkan Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala. Perang saudara yang berlarut-larut membuat pemerintahan masa awal Kadiri menjadi tidak stabil. Baru pada tahun 1117M, Kerajaan Kadiri muncul kembali dalam sejarah.

2. Sri Bameswara.

Sesama pemerintahanya, raja ini banyak meninggalkan prasasti. Akan tetapi, prasati itu lebih banyak mengenai urusan keagamaan sehingga perkembangan pemerintahan tidak dapat di ketahui.

3. Jayabaya

Pengganti Bameswara adalah Jayabaya. Di bawah pemerintahannya, Kadiri mencapai kejayaan. Kadiri mampu memperluas wilayah dengan mengalahkan Janggala. Berarti, semasa pemerintahan Jayabaya,Kadiri dan Janggala berhasil di satukan kembali. Keberhasilan dan kemenangan Jayabaya itu di abadikan dalam kitap Bharatayudha yang di gubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Keberhasilan Jayabaya itu mengingatkan keberhasilan Airlangga. Itulah sebabnya, ia sering di anggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu, seperti Airlangga.Ia mengenakan lencana kerajaan bernama narasingha. Selain sebagai pemimpin politik yang ulung, Jayabaya termashur dengan ramalanya.Ramalan itu di kumpulkan dalam suatu kitab berjudul Jongko Joyoboyo.

4. Kertajaya

Kertajaya adalah raja terakhir Kadiri. Ia naik tahta menggantikan Kameswara. Lencana kerajaannya adalah sangka (siput terbang) dan garudamukha. Pada masa pemerintahannya, terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka menganggap Kertajaya telah melanggar agama dan memakasa mereka untuk menyembahnya sebagai Dewa. Kemudian, kaum Brahma meminta perlindungan Ken Arok, Akuwu Tumampel. Perseteruan itu memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam pertempuran itu, Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya. Peristiwa itu menandai berakhirnya Kerajaan Kadiri.

9. KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Singasari berdiri pada tahun 1222 M.Kerajan Singasari berawal dari keberhasilan Ken Arok menggulingkan Akuwu Tumampel bernama Tunggul Ametung. Ketika itu Tumampel menjadi bagian Kerajan Kadiri. Kedudukan Ken Arok semakin ,meningkat setelah mendapat dukungan dari kalangan brahmana untuk memberontak melawan Kadiri di bawah pimpinan Raja Kertajaya.

Kekalahan Kadiri di Desa Ganter mengangkibatkan tidak ada lagi kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur.Keadaan itu memberi peluang bagi Ken Arok mendirikan kerajaan baru di Tumampel. Namanya Kerajaan Singasari. Meskipun sempat runtuh di kemudian hari, kerajaan tersebut merintis berdirinya kerajaan terbesar di Nusantara, yakni Kerajaan Majapahit.

a.Sumber-Sumber Sejarah

Sumber-sumber tentang keberadaan Kerajaan Singasari berasal dari berita-berita dari luar dan dalam negeri, di antaranya sebagai berikut.

1. Kitab Paraton

Kitap yang menceritakan tentang keberadaan raja-raja yang pernah memerintah Singasari.

2. Kitab Negarakertagama

Kitap yang berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan dengan raja-raja Singasari

3. Berita-berita dari Cina, yang menyatakan bahwa Kaisar Khubilai Khan dari Cina yang mengirim pasukan untuk menyerang Singasari.

4. Peninggalan purbakala berupa candi yang menjadi makam raja-raja Singasari seperti Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari.

5. Arca-arca (patung) seperti patung Amoghapasa dan Patung Joko Dolok yang merupakan perwujudan dari Kertanegara.

b.Sistem Pemerintahan

Kerajaan Singasari pernah mengalami kejayaan dalam perkembangan sejarah Hindu di Indonesia. Bahkan Singasari merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Majapahit. Adapun raja-raja yang pernah memerintah di Singasari adalah Ken Arok, Anusapati, Tohjoyo, Wisnuwardhana, dan Kertanegar

c. Keadaan Masyarakat

Keadaan sosial masyarakat Singasari ketika Ken Arok menjadi akuwu, sangat terjamin. Kemakmuran kehidupan sosial masyarakat Tumampel mengakibatkan bergabungya daerah-daerah yang berada di sekitarnya. Perhatian Ken Arok terhadap rakyatnya sangat besar, sehingga mereka dapat hidup dengan aman dan sejahtera. Setelah Anusapati memerintah, kehidupan masayarakat kurang mendapat perhatian. Barulah pada masa pemerintahan Wisnuwardhana, sehingga kehidupan sosial masayarakat Sigasari mulai teratur rapi.Rakyat di berikan hak-hak yang semestinya

d. Keruntuhan Singasari

Singasari runtuh akibat pemberontakan Jayakatwang adalah raja Kadiri yang merupakan raja bawahan Kertanegara. Dalam pemberontakan tersebut ia bersekongkol dengan Arya Wiraraja (Banyak Wide), bupati dari Sumenep. Ketika itu kekuatan militer Kerajaan Singasari sedang melemah akibat terlalu banyak pasukan dilibatkan dalam ekspedisi ke Sumatra, Bali, dan ke daerah lainnya. Kekuatan Singasari menjadi melemah dengan adanya penghianatan salah satu panglimanya yaitu Ardaraja putra dari Jayakatwang sendiri. Kesempatan itu digunakan oleh Jayakatwang untuk menghancurkan Singasari.

Pasukan Kadiri tidak terbendung lagi, Kertanegara gugur dalam serangan itu. Salah satu panglima Singasari yang bernama Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri bersama tiga serangkai: Rangga Lawe, Sora, dan Nambi. Mereka melarikan diri ke Kudadu. Kemudian atas bantuan kepala desa Kudadu, mereka minta perlindungan Bupati Sumenep, Arya Wiraraja. Pada tahun 1292 M, berakhirlah sudah Kerajaan Singasari.

10. KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit berdiri pada tahun 1293 M. Munculnya Kerajaan Majapahit erat hubungannya dengan runtuhnya Kerajaan Singasari. Tokoh yang berperan merintis Majapahit adalah Raden Wijaya, cucu dari Mahisa Campaka. Atas anjuran Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Tindakan itu sebenarnya adalah strategi untuk mencari saat yang tepat untuk melakukan serangan balasan.

Berkat jaminan Bupati Sumenep, Raden Wijaya dan kawan-kawan diterima di Kadiri. Bahkan selanjutnya ia diperbolehkan membuka hutan Tarik (sekarang Trowulan) untuk dijadikan desa. Di desa inilah persiapan untuk menggulingkan Jayakatwang dilakukan. Desa itu pula yang mengawali berdirinya Majapahit. Melalui tipu muslihat yang jitu, Raden Wijaya berhasil mengajak pasukan Mongol untuk menyerang Kadiri. Perlu diketahui mula-mula pasukan Mongol datang untuk menghancurkan Singasari. Namun setelah mendarat di Tuban kerajaan Singasari telah hancur. Pasukan gabungan Raden Wijaya dan Mongol berhasil menghancurkan Kerajaan Kadiri. Kemudian dengan tipu muslihat pasukan Mongol berhasil diusir oleh Raden Wijaya. Saat bespesta pora, pasukan Raden Wijaya melakukan serangan mendadak.

Dengan kehancuran Kadiri dan kepergian pasukan Mongol, terjadi kekosongan kekuasaan di Jawa Timur. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan baru yang akan disegani di kemudian hari: Kerajaan Majapahit.

a. Sumber Sejarah

Berita mengenai Krajaan Majapahit berasal dari berbagai sumber sebagai berikut.

ü Prasasti Butak, yang mengisahkan peristiwa keruntuhan Singasari dan perjaungan Raden Wijaya untuk mendirikan Majapahit. Prasasti ini menegaskan keterkaitan antara Singasari dan Majapahit.

ü Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama yang mengisahkan perjuangan Raden Wijaya melawan Kadiri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit.

ü Kitab Pararaton, yang menceritakan pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.

ü Kitab Negarakertagama, menceritakan keadaan Majapahity terutama masa pemerintahan Hayam Wuruk.

ü Berbagai peninggalan berupa bangunan candi dan reruntuhan Istana Trowulan.

  1. Sistem Pemerintahan

ü Sri Kertarajasa Jayawardhana

Setelah menjadi raja, Raden Wijaya bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Ia memerintah Majapahit lebih kurang selama 16 tahun. Untuk memperkuat kedudukannya, ia memperistri keempat putri Kertanegara. Melalui pernikahan itu, Kertarajasa menegaskan bahwa tahta Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Dengan demikian wilayah Singasari otomatis menjadi wilayah kekuasaan Majapahit.

Masa pemerintahan Kertarajasa diisi dengan berbagai pergolakan, berupa kemelut politik dan pemberontakan. Pemberontakan antara lain dilakukan oleh teman seperjuangannya dulu, yakni Ronggo Lawe, Sora, dan Nambi. Pemberontakan itu dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap jabatan yang diberikan raja terhadap mereka. Pemberontakan dimulai oleh Ronggolawe kemudian disusul oleh Sora. Meskioun dapat diatasi, kemelut politik tidak kunjung berhenti sampai Kertarajasa wafat.

ü Sri Jayanegara

Pengganti Kertarajasa adalah Kala Gemet yang bergelar Sri Jayanegara. Ia memerintah Majapahit lebih kurang dari 19 tahun. Kemelut politik yang terjadi sejak pemerintahan ayahnya terus berlanjut. Sebagian besar pemberontakan muncul dari kalangan Dharmmaputra pejabat kerajaan yang seharusnya berkewajiban mempertahankan keutuhan Majapahit. Secara berturut-turut meletus pemberontakan Juru Demung, Gajah Biru, Nambi, Semi, dan Kuti.

Dari antara pemberontakan itu, pemberontakan Kuti nyaris mengulang tragedi Singasari. Istana Majapahit dapat diduduki sehingga Jayanegara terpaksa menyingkir ke Desa Bedander. Dalam kemelut itu, tampil seorang Bekel Bhayangkari (kepala pasukan pengawal raja) bernama Gajah Mada untuk memadamkan pemberontakan Kuti, sejak saat itu karir Gajah Mada semakin meningkat. Masa pemerintahan Jayanegara berakhir tragis. Ia tewas terbunuh Tanca, salah seorang Dharmaputra. Meskipun demikian tahta Majapahit dapat diselamatkan.

ü Tribhuwanottunggadewi

Karena Jayanegara tidak meninggalkan putra hak tahta Kerajaan Majapahit berada pada putri Kertanegara yang bernama Gayatri. Namun, karena sudah menjadi petapa, tahta kerajaan diwakili oleh putrinya Tribhuwanottunggadewi. Ia memerintah sampai Gayatri meninggal. Setelah itu, tahta harus diserahkan kepada putra Tribhuwanottunggadewi.

Tribhuwanottunggadewi memerintah Majapahit selama lebih bkurang 22 tahun. Kemelut politik terus muncul antara lain pemberontakan Sadeng. Dalam kemelut itu, kembali Gajah Mada yang telah menjadi patih Daha, tampil memadamkan pemberontakan. Atas jasanya itu, Patih Amangkubhumi Arya Tadah mengusulkan kepada ratu agar Gajah Mada menggantikannya.

Kemudian Gajah Mada pun dilantik menjadi Patih Amangkubhumi, jabatan tertinggi di Majapahit sesudah raja. Saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal itu: Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya Gajah Mada bertekad tidak akan beristirahat sampai Nusantara dipersatukan di bawah panji Majapahit. Menjelang akhir pemerintahan Tribhuwanottunggadewi, keadaan Majapahit aman dan sejahtera. Kerajaan itu sudah mulai menanamkan pengaruh di luar Pulau Jawa. Setelah Gayatri wafat, tahta Majapahit turun kepada putranya, Hayam Wuruk.

ü Sri Rajasanegara

Hayam Wuruk naik tahta dengan gelar Sri Rajasanegara. Ia memerintah Majapahit selama 39 tahun. Ketika itu jabatan Patih Amangkubhumi tetap dipegang Gajah Mada. Keduanya menjadi Dwitunggal yang membawa Majapahit menuju puncak kebesarannya. Di bawah pemerintahan Sri Rajasanegara didampingi oleh Gajah Mada persatuan Nusantara selangkah demi selangkah dapat diwujudkan. Akan tetapi, keberhasilan itu sempat dinodai oleh peristiwa Bubat. Peristiwa yang menyebabkan tewasnya putri dan raja Pajajaran itu sempat meretakkan hubungan Raja dan Patih Amangkubhumi. Gajah Mada sempat mengundurkan diri setelah pristiwa itu. Namun, kemudian ia aktif lagi dalam pemerintahan.

Akhir kejayaan Majapahit diawali dengan wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364 M. Tidak ada lagi tokoh Majapahit setangguh Patih Gajah Mada. Selama 3 tahun jabatan Patih Amangkubhumi lowong. Barulah kemudian Gajah Enggon diangkat menduduki jabatan tersebut. Majapahit semakin suram dengan wafatnya Rajasanegara pada tahun 1389 M. Selanjutnya kerajaan itu kembali diisi oleh kemelut politk berupa pemberontakan dan perang saudara.

c. Keadaan Masyarakat

Keadaan masyarakat Majapahit dalam bidang ekonomi dapat dikatakan cukup terjamin. Dalam dunia perdagangan Majapahit memegang peranan penting diantaranya:

1. Sebagai Kerajaan Produsen

Kerajaan Majapahit mempunyai wilayah dan daerah taklukan yang sangat luas dan kondisi alam yang sangat subur. Dengan keadaan alam yang mendukung tersebut, menjadikan Majapahit produsen kbarang-barang dagangan.

2. Sebagai Kerajaan Perantara

Kerajaan Majapahit bertindak sebagai pedagang perantara, artinya membawa hasil bumi dari daerah yang satu ke daerah lainnya. Dalam bidang sosial ekonomi, Kerajaan Majapahit menjalin hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa (Kamboja). Hubungan persahabatan yang dijalin dengan negara tetangga itu sangat penting artinya bagi Kerajaan Majapahit. Khususnya dalam bidang perekonomian (pelayaran dan perdagangan) karena wilayah Kerajaan Majapahit terdiri atas pulau dan kepulauan, juga sebagai sumber barang dagangan yang sangat laku di pasaran. Barang dagangan tersebut antara lain, beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkih, pala, kapas, kayu cendana, dan lain sebagainya.

  1. Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Sejak abad ke-14 M, Majapahit mengalami kemunduran, penyebabnya antara lain sebagai berikut.

ü Sepeninggal Rajasanegara dan Gajah Mada, tidak ada lagi pemimpin yang cakap. Penguasa Majapahit selanjutnya, seperti Wikramawardhana dan Suhita tidak mampu secara tigas menindak pembangkangan Bhre Wirabhumi dari Blambangan. Ketidaktegasan itu mengakibatkan persengketaan keluarga yang berlarut-larut.

ü Terjadinya persengketaan keluarga yang berlarut-larut diawali dengan meletusnya perang saudara yang disebut Perang Paregreg selama 5 tahun. Walaupun akhirnya dimenangkanoleh Majapahit, prsengketaan tidak kunjung selesai. Setelah Suhita wafat tahta Majapahit direbut oleh adiknya, Bhre Tumapel. Kemudian Ibukota Majapahit dipindahkan ke Kahuripan, semasa pemerintahan Rajasawardhana.

ü Terjadinya kekosongan kekuasaan, sepeninggal Rajasawardhana. Keadaan itu merupakan kelanjutan pertentangan keluarga yang tidak kunjung selesai. Akibatnya Majapahit tidak bisa mengendalikan wilayah bawahan.

ü Munculnya kerajaan Islam Demak dan Malaka yang mengambil alih pusat perdagangan di Nusantara.

Peristiwa runtuhnya Majapahit ditandai oleh serangan pasukan Ranawijaya ke Majapahit yang ketika itu dikuasai oleh Bhre Kertabhumi dan Majapahit dapat direbut. Peristiwa ini diperingati dalam suatu candrsengkala (semacam kalimat sandi): Sirna-ila-kertaning-bhumi, yang berarti 1400 saka (1478 M). Berarti pada tahun itulah Majapahit runtuh.

Sebetulnya, masih ada penguasa di Majapahit sampai abad ke-16 M. Namun kerajaan itu tidak memiliki pengaruh lagi. Barulah pada abad ke-16 M, Majapahit sama sekali hancur oleh serangan pasukan demak dibawah pimpinan Adipati Unus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar