Powered By Blogger

Assalamu'alaikum....

Ridho Alloh selalu bersamamu... Yakinkan hari ini lebih baik dari hari kemarin... Dan usahakanlah untuk yang terbaik untuk hari esok.... Kasih sayang-Nya yang kau cari...

Cari Blog Ini

Kamis, 25 Maret 2010

Kenikmatan

Seseorang berkata : " Wahai Rasulullah! Beritahu aku perihal perbuatan baik yang bisa mengantarkan aku masuk surga". Nabi SAW menjawab, "Beribadahlah kepada Allah dan jangan sekutukan Dia, tegakkanlah salat wajib, tunaikan zakat dan berpegang teguhlah pada ahli silaturrahim" ( HR.Abu Ayyub Al Anshari ).

Abu Hurairah RA meriwayatkan. Satu waktu ada seseorang melapor kepada Rasulullah SAW. "Ya Rasul, si Fulan dikenal sebagai seorang yang tidak banyak berpuasa (sunat), bersedekah, dan mengerjakan salat (suna ), namun ia tidak menyakiti tetangga dengan lidahnya". Nabi SAW bersabda "Ia berada di surga".

Diriwayatkan oleh Hasan Al Basri RA bahwa suatu ketika Nabi SAW ditanyai oleh sahabat, "Wahai Rasulullah, apakah hak tetangga itu? " Nabi SAW menjawab, "Jika berutang kau beri utangan, undangannya kaupenuhi, jika sakit kau jenguk, jika ia minta tolong kauberi pertolongan, jika kena musibah kau hibur, jika mendapat keuntungan kauucapkan selamat, jika meninggal dunia, kauantar jenazahnya, jika bepergian, kau jaga rumah dan anak-anaknya, janganlah engkau menyakitinya dengan bau makanan, kecuali kauberi dari makanan itu kepadanya."

Pesan di atas menggambarkan bagaimana sikap yang seharusnya diberikan kepada para tetangga kita. Karena dari sikap itu akan ada keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita seperti sabda Rasul SAW, " Teman terbaik dalam pandangan Allah adalah yang terbaik bagi temannya dan tetangga terbaik dalam pandangan Allah adalah yang terbaik bagi tetangganya ".

Abu Laits Sarmaqandi dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin antara lain menulis, "Seorang Muslim seyogyanya berlaku sabar dalam menghadapi gangguan tetangganya, dan jangan mengganggunya, ciptakanlah suasana atau rasa aman baginya, baik secara lisan, tangan atau auratnya. Aman dari lisan berarti tidak pernah menggunjingnya, dan aman dari tangan berarti tidak menaruh rasa curiga kepadanya, seandainya lupa tidak mengunci pintu rumah, maka tidak ada kecurigaan kepadanya, dan aman dari auratnya, berarti tidak membuka malunya, seandainya pergi, lalu ada laporan bahwa tetangganya masuk ke rumahnya, maka hatinya tetap merasa aman, sekali pun betul-betul nyata ".


Al Bazzar meriwayatkan juga, "Satu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, ‘Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang dengannya Allah meninggikan beberapa derajat? ". "Tentu, ya Rasulullah," jawab mereka. " Engkau bersikap lembut kepada orang yang berlaku kasar kepadamu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak mau memberimu, dan menyambungkan tali silaturrahim dengan orang yang memutuskannya darimu ".

Dalam salah kitabnya, Ibnul Jauzi menulis, "Jika kamu melihat sahabatmu marah dan mulai bicara tidak jelas, maka apa yang dikatakannya jangan pernah diambil hati, dan jangan pernah memberi sanksi. Saat itu dia sedang tidak waras, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bersabarlah sebentar, dan jangan terpancing. Saat itu dia sedang dikalahkan syaitan, emosinya sedang tidak terkendalikan, dan pikirannya sedang terkungkung. Jika Anda mengambil hati atau membalasnya dengan cara yang sama, maka Anda seperti orang yang waras menghadapi yang tidak waras, atau orang yang sadar menghardik orang yang mabuk, karena itu berarti dosa bagi Anda. Tataplah dengan pandangan yang penuh kasih, pahamlah sebagai qadar-nya bahwa saat itu ia harus marah, dan berusahalah untuk bersandiwara dengannya".


"Kata-kata Ibnul Jauzi di atas, sangat menyentuh bagi orang-orang yang ingin selalu mempertahankan silaturrahim. Yakinlah ketika ia sadar, maka ia akan menyesali apa yang telah terjadi dan mengakui betapa faedah bersabar itu. Setidaknya, kita bisa menyelamatkan dari tindakan marahnya yang berlebihan dan membawanya kepada ketenangan. Sebab apabila ucapan dan perbuatannya dilawan dengan cara yang sama maka akan muncul suatu permusuhan yang semakin berlarut, " demikian antara lain ujar Asfa Davy Bya dalam bukunya Jejak Langkah Mengenal Allah.


Allah SWT berfirman, "Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan.Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, juga tidak dianugerahkan, kecuali kepada orang-orang yang memiliki keuntungan yang besar" ( Fushilat 34-35 ).


Ibnu Abbas RA menerangkan juga bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangsiapa membuat hati seorang Mukmin gembira dan bahagia di dunia, maka Allah mengutus Malaikat yang menjaga dirinya dari malapetaka, dan pada Hari Kiamat nanti Malaikat itu datang menjadi teman karibnya. Ketika dia menghadapi kesulitan, Malaikat itu berkata, ‘Jangan takut‘. Lalu dia bertanya, ‘Siapakah engkau?‘. Malaikat menjawab, ‘Aku adalah balasan kegembiraan dan kebahagiaan yang engkau berikan kepada saudaramu seagama ketika di dunia". Bahkan dalam riwayat lain diterangkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Membuat hati seorang Mukmin merasa bahagia adalah lebih baik daripada ibadah sunnah enam puluh tahun."


Pentingnya silaturrahim itu dipertegas lagi dalam sabda Rasulullah, "Maukah kalian aku tunjuki amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan puasa?" "Tentu saja," jawab para sahabat. "Engkau damaikanlah orang-orang yang bertengkar, " tegas Rasulullah SAW. Jadi menyambung persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang berpisah, adalah amal saleh yang besar pahalanya.

Impian Menentukan Langkah yang diambil

Impian akan mengarahkan kita kemana akan melangkah, bagaimana akan berbuat dan bersikap. Dengan impian kita akan tau dimana titik akhir dari perjuangan. Dan segera setelah mencapai impian itu, kita dapat menggantikannya dengan impian lain yang belum tercapai.

Sahabat, dalam meraih impian, kita perlu strategi dan peta. Sehingga saat berjalan dan bertemu dengan hambatan, kita dapat memilih untuk melompatinya ataukah memutarinya dan mengambil jalan lain. Tanpa mengubah impian, hanya mengubah arah jalan saja.

Bayangkan anda berada di tengah samudera di atas sebuah speedboat.
Lima puluh kilometer di depan anda adalah sebuah pulau, dan di
pulau itu terdapat semua yang anda inginkan dan cita-citakan.
Semua impian anda. Dan satu-satunya cara untuk mendapatkan itu
semua adalah sampai ke pulau tersebut. Pulau itu ada di belakang
cakrawala. Tapi cakrawala yang mana…?


Masalahnya adalah anda tidak punya kompas, peta, radio, telepon,
dan anda tidak tahu mana arah ke pulau tersebut. Arah yang salah
akan membuat anda melenceng jauh sekali dari pulau impian,
sementara di sekeliling anda yang terlihat cuma laut dan langit.


Dalam dua jam, anda bisa saja telah sampai di pulau impian.
Tetapi bila anda salah arah – anda bisa kehabisan bahan bakar
sebelum bisa mencapai pulau impian.


Hidup tanpa tujuan yang jelas, tanpa mengetahui dan mengerti
kegunaan hidup anda – adalah sama dengan dilema pulau impian.
Semua impian anda sebenarnya bisa tercapai, namun untuk mencapainya
anda harus mengetahui peta impian. Yaitu apa, di mana, dan bagaimana mencapainya.

Anda mutlak mengetahui arah untuk mencapainya. Tentukan peta anda sekarang – untuk dapat mencapai impian anda. Buat seteliti dan seakurat mungkin – dan selanjutnya anda tinggal mengarahkan speedboat anda ke pulau impian… Untuk selanjutnya, Anda meraihnya, merengkuhnya, dan tersenyum dengan bangga, “Inilah impianku, dan aku telah mendapatkannya.”


==========

Sahabat, berhentilah sejenak dan mari kita saling mendoakan,doa untuk sahabat kita, orang tua kita, orang yang kita cintai. Semoga peta menuju impian hidup yang kita rancang, diridhoi Allah SWT. Kita sadari tubuh kita, nyawa kita dan nafas kita, sepenuhnya adalah miliknya. Tiada satupun peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, tanpa ridhoNya. Selamat berjuang sahabat… Impian itu, sudah rindu untuk kita rengkuh, dan kita peluk.


Wallahu a'lam..

Senin, 15 Maret 2010

Skema Jenis Kelamin

Teori Skema Jenis Kelamin, Pendekatan Terbaru terhadap Ciri-ciri Peranan Jenis Kelamin

Teori skema jenis kelamin adalah sebuah pendekatan informasi dalam tiap tipe jenis kelamin yang dikombinasikan dengan pembelajaran sosial dan dari segi perkembangan kognitif. Hal ini juga digabungkan dengan bermacam-macam elemen dari Tipe Jenis Kelamin dan Proses Stereotip, ciri-ciri peranan jenis kelamin, dan pengambilan peranan jenis kelamin menjadi satu kesatuan gambar yang menyatu tentang bagaimana orientasi laki-laki maupun perempuan, dan seberapa sering diperbaiki (Bem,1981,1983; Martin & Halverson, 1981, 1987).

Sesuai dengan teori skema jenis kelamin, pada usia muda, anak-anak akan merespon instruksi dari yang lain, mengenali pilihan dan perilaku menurut tipe jenis kelamin, atau kategorinya baik laki-laki maupun perempuan, yang mereka gunakan untuk menafsirkan dunia. Segera setelah anak-anak mengetahui tipe jenis kelaminnya sendiri, mereka mulai memilih skema jenis kelamin yang cocok dengannya, lalu menambahkan kategori-kategori itu pada diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya, persepsi diri terhadap tipe jenis kelamin disajikan dalam skema jenis kelamin tambahan yang anak-anak gunakan untuk memproses informasi dan menuntun tingkah laku mereka sendiri.