Powered By Blogger

Assalamu'alaikum....

Ridho Alloh selalu bersamamu... Yakinkan hari ini lebih baik dari hari kemarin... Dan usahakanlah untuk yang terbaik untuk hari esok.... Kasih sayang-Nya yang kau cari...

Cari Blog Ini

Sabtu, 17 April 2010

Tebarkan Salam

Di antara akhlak terpuji yang diperintahkan Islam adalah memberi salam. Salam merupakan ungkapan yang menggambarkan bahwa antara si pemberi salam dan yang diberi salam tidak ada sengketa apa pun. Yang ada hanya perasaan cinta, persahabatan, dan persaudaraan. Ucapan salam memang kelihatannya sederhana, tapi siapa nyana di balik kesederhanaannya itu mengandung hikmah dan keutamaan yang agung. Beberapa di antara hikmah dan keutamaan salam adalah karena salam merupakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

''Rasulullah memerintahkan kami untuk melakukan tujuh perkara, yaitu menjenguk orang sakit, mengiring jenazah, mendoakan orang yang bersin yang memuji Allah, membantu orang yang lemah, menolong orang yang dizalimi, mengucapkan salam, dan memenuhi sumpah. (Muttafaq 'alaih). Salam akan menumbuhkan rasa kasih sayang. ''Kamu tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan kamu tidak beriman sampai kamu saling mencintai. Maukah kamu aku tunjukkan suatu perbuatan yang bisa membuatmu saling mencintai; yaitu sebarkanlah salam di antara sesamamu.'' (HR al-Bukhari dan Muslim).

Salam juga merupakan amalan yang terbaik dalam Islam. Dari Abdullah bin Amr bin Ash, seorang laki-laki bertanya kepada Rasullah. ''Apakah amalan yang paling baik dalam Islam?'' Beliau menjawab, ''Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal dan yang belum kamu kenal.'' (HR al-Bukhari dan Muslim).

Berkah dan kebaikan dari Allah SWT akan tercurah untuk si pemberi salam. ''Maka ketika kamu masuk rumah, ucapkan salam untuk dirimu sebagai penghormatan dari Allah yang berisi berkat dan kebaikan.'' (QS An-Nur (24): 61).

Mengucapkan salam akan menjadi amalan yang memasukkan pelakunya ke surga. ''Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, lakukan silaturahim, dan shalatlah malam ketika orang lain teridur, maka engkau akan masuk surga dengan selamat.'' (HR at-Tirmidzi).

Salam dapat diucapkan ketika bertemu dengan seseorang, baik yang sudah dikenal maupun belum selama dia Muslim. ''Apabila kamu bertemu dengan saudaramu, maka ucapkanlah salam, jika terhalang oleh pohon, tembok atau batu, maka ucapkan salam ketika menemuinya.'' (HR Muslim).

Salam juga diucapkan ketika memasuki rumah orang lain, begitu pula rumah sendiri. ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk rumah orang lain, hingga kamu minta izin dan mengucapkan salam kepada penghuninya.''
(QS An-Nur (24): 21).

Ketika masuk dan keluar dari sebuah majelis. ''Apabila seorang masuk ke sebuah majelis, maka hendaknya mengucapkan salam. Dan jika dia mau pergi hendaklah mengucapkan salam, tidaklah (salam) yang pertama tadi lebih berhak (untuk diucapkan) daripada yang akhir.'' (HR Abu Daud). Apabila ada yang menitip salam, maka yang menerima mengucapkan, ''Wa'alaihissalam warahmatullahi wabarakatuh.''

Ujian Terberat

MONYET DI PUCUK POHON KELAPA

Sahabat, ada cerita seekor monyet sedang nangkring di pucuk pohon kelapa. Dia nggak sadar lagi diintip sama tiga angin gede.
Angin Topan, Tornado sama Bahorok. Tiga angin itu rupanya pada ngomongin, siapa yang bisa paling cepet jatuhin si monyet dari pohon kelapa.

Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik.
Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik.
Angin Bahorok senyum ngeledek, 15 detik juga jatuh tuh monyet.

Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Angin TOPAN duluan, dia tiup sekenceng-kencengny a, Wuuusss…

Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung megang batang pohon kelapa. Dia pegang sekuat-kuatmya. Beberapa menit lewat, nggak jatuh-jatuh tuh monyet. Angin Topan pun nyerah.

Giliran Angin TORNADO. Wuuusss… Wuuusss… Dia tiup sekenceng-kencengny a. Ngga jatuh juga tuh monyet. Angin Tornado nyerah.

Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kenceng lagi dia tiup. Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet malah makin kenceng pegangannya. Nggak jatuh-jatuh. Ketiga angin gede itu akhirnya ngakuin, si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya tahannya luar biasa.

Ngga lama, datang angin Sepoi-Sepoi.
Dia bilang mau ikutan jatuhin si monyet. Diketawain sama tiga angin itu. Yang gede aja nggak bisa, apalagi yang kecil.

Nggak banyak omong, Angin SEPOI-SEPOI langsung niup ubun-ubun si monyet.
Psssss… Enak banget. Adem… Seger… Riyep-riyep matanya si monyet. Nggak lama ketiduran dia. Lepas pegangannya. Jatuh deh tuh si monyet.

Sahabat, dari Kisah diatas hikmah yang bisa kita ambil adalah: Boleh jadi ketika kita Diuji dengan KESUSAHAN… Dicoba dengan Penderitaan…
Didera Malapetaka.. .

Kita kuat bahkan lebih kuat dari sebelumnya.. .Tapi jika kita diuji dengan
KENIKMATAN.. .
KESENANGAN.. .
KELIMPAHAN.. .
jangan sampai kita terlena...

Kita mesti tetap hati-hati...

My Father

LOVE-U PAPA


Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..
OLEH KARNA ITU SAYANGI PAPA,AYAH,BAPA KITA SELAMA DIA MASIH ADA.
---------------------------------------------------------------------
sweet bgt kan...............

Ikan

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata Ayah kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu dimana air ? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, “Dimanakah air ?”
Jawab ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati.”
Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya…..

Note :
Kehidupan dan kebahagiaan ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita, karena saat untuk berbahagia adalah saat ini, saat untuk berbahagia dapat kita tentukan.
Semoga kita semua bisa meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat... Aminnn

Curhat Syetan

Tadi malam, Tuan Setan curhat lagi, tentang banyak hal. Ia heran melihat banyak di antara kita, para manusia, yang memilih untuk “menyerah” dan “putus asa” menghadapi berbagai persoalan hidup yang mereka hidupi dan hidup yang ingin mereka hidup-hidupkan. Sebagian lain bahkan menjalani hidup dengan cara yang menurutnya sangat memalukan. “Belakangan ini para manusia menjadi semakin cengeng dan terlihat tolol!” Katanya kesal.

Ia berkali-kali mengurut dada, menggelengkan kepala, mencoba mengerti apa yang terjadi di sekelilingnya—ia tak mampu menyembunyikan rasa kesalnya. Rahangnya menguat, terdengar gigi-giginya gemeretak. Ia lalu mencontohkan seorang ayah yang tega membanting anaknya sendiri yang masih bayi sampai mati, seorang Ibu yang membawa serta dua anaknya bunuh diri dengan membakar diri hidup-hidup, lelaki tambun yang mengakhiri hidupnya dengan terjun dari lantai delapan sebuah pusat perbelanjaan—semuanya karena persoalan ekonomi. Di sisi lain, mereka yang berkelimpahan harta lupa bagaimana caranya memaknai kemanusiaan; pejabat yang tega menghabisi uang rakyat, penegak hukum yang kian buta memaknai keadilan dan kebenaran. “Ini aneh!” Katanya. “Gue juga nggak gitu-gitu amat, bro!”

Ia membetulkan posisi duduknya. Tak lama berselang, ia bangkit menuju jendela.
Menghela napas panjang. “Apa ini salahku? Seperti kata mereka.” Katanya lemas. “Rasanya, aku tak pernah secara spesifik meminta mereka berbuat sekeji dan sejahat itu. Mereka terlalu kreatif merespon godaanku, tafsir mereka terlalu liar atas apa saja yang kubisikan pada telinga mereka. Faktanya, aku hanya berkata, ‘Sahabat Super yang saya cintai, bangkitkan sisi negatifmu. Lalu lihat apa yang akan terjadi!’”

Sekali lagi, ia menggelengkan kepalanya. “Aku tak mengira efeknya separah ini!”

Saya bingung sendiri mendengarnya berkeluh kesah seperti ini. Lagi pula, benar juga apa yang dia bicarakan. Aku jadi ingat kata-kata sahabatku yang lain, Jalaluddin Rumi, “Manusia bisa lebih buruk daripada setan, juga bisa lebih baik melampaui malaikat.”
Mungkin fenomena ini yang sekarang terjadi di sekeliling kita. Entah tanda-tanda apa ini. Mungkin kiamat memang kian dekat—atau kemanusiaan kita kian surut, lantas kita merasa biasa saja menyaksikan pembunuhan, melihat kejahatan, menatap ketidakadilan, melakukan kecurangan, kebohongan, penganiayaan, dan seterusnya.

“Sudahlah, Tuan Setan. Tak usah terlalu dipikirkan, yang penting kita tak melakukan itu.” Saya mencoba menenangkan.

Tiba-tiba, dia terlihat semakin marah. Wajahnya memerah, matanya membulat. Nyali saya tentu saja ciut melihatnya.

“Kau juga mulai sama saja, Fahd!” Bentaknya. “Aku tak pernah membiarkan teman-teman sesama setan berbuat hal yang tak semestinya mereka perbuat. Kami selalu setia pada karma. Kami tak ingin membiarkan sebagian di antara kami menjadi ‘salah’ dan kami diam saja. Itu prinsip. Tertulis jelas dalam undang-undang dasar yang melandasi setiap langkah dan perbuatan kaum setan. Kebenaran dan keadilan yang kau yakini adalah harga mati bagimu untuk kaubela dan kaujunjung tinggi tanpa kompromi!”

Saya tertunduk malu. “Ya, ya, sejujurnya saya juga sedih melihat banyak orang di sekeliling saya kian banal saja. Mereka seolah kehilangan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, memilah mana keadilan dan pengkhianatan. Saya juga muak melihat keputusasaan yang menular, kepedulian yang memudar.”

“Baguslah kalau begitu.” Katanya.

Kami lantas berbincang soal banyak hal. Tuan Setan merasa sudah saatnya untuk pensiun dari tugasnya. “Manusia udah nggak asyik lagi.” Katanya. “Kalau semua sudah jahat dan keliru-keliru, lalu apalagi tugasku? Ini malah melebihi target yang diamanatkan undang-undang dasar setan.”

Hmmm… Barangkali benar, manusia sudah berada pada level yang jauh lebih buruk dari makna keburukan itu sendiri. Atau jangan-jangan, kita sudah tak mengerti batas antara kebaikan dan keburukan lantas melakukan apa saja hal-hal yang “melampaui batas”. Jauh sebelum hari ini, kita begitu kaget mendengar kabar seorang ayah yang membunuh anaknya sendiri.
Tapi hari ini, kabar itu menjadi teman makan siang kita. Jauh sebelum hari ini, kita begitu bergidik melihat perselingkuhan seorang anak gadis dengan ayahnya sendiri, seorang ibu dengan anak lelakinya sendiri. Kini, semua itu biasa saja kita dengar. Oh, ada apa dengan kemanusiaan kita? Jauh sebelum hari ini, penguasa lalim, hakim yang berkhianat, pejabat yang bangsat, agamawan yang penipu, hanyalah bagian dari cerita dongeng yang membuat kita membenci mereka setengah mati. Kini, setiap hari kita bersitatap dengan mereka. Berbincang dengan mereka. Dan merasa biasa-biasa saja. Oh, ada apa dengan kemanusiaan kita?

*****

Ya, ya, ya. Diri kita sepenuhnya ditentukan oleh apa yang kita perbuat, dan setiap orang ditentukan sepenuhnya oleh apa saja yang mereka lakukan dalam hidup yang mereka hidupi dan hidup yang ingin mereka hidup-hidupkan. Itu saja soalnya. Beranikah kita mengambil jarak dari kejahatan-kejahatan, kebohongan-kebohongan, kesalahan-kesalahan, dan mulai melakukan apa saja yang benar, apa saja yang jujur. Sama sekali tak ada alasan untuk berkubang dalam kesalahan-kesalahan yang bodoh, sama sekali tak ada alasan untuk menyerah dalam lingkaran kebohongan dan pengkhianatan, sama sekali tidak. Sebab kitalah yang menentukan hidup kita sendiri, kitalah penguasa atas jiwa kita sendiri. Panjatlah tebing itu, lompatilah, jemputlah masa depan baru yang setia dan berpihak pada keadilan, kejujuran, dan kebaikan.

Still I ain’t seen mine
No I ain’t seen mine
I’ve been giving just ain’t gettin’
I’ve been walking that there line
So I think I’ll keep on walking
With my head held high
I’ll keep moving on and
Only God knows why

Biarlah Tuan Setan menjalankan tugasnya.
Biarkanlah ia terus menggoda kita. Tapi, biarkan sampai di situ saja. Jangan sampai kita kehilangan kemanusiaan kita. Manusialah yang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memilih yang baik atau yang buruk, kebaikan atau kejahatan, kebohongan atau kejujuran, pengkhianatan atau kesetiaan. Setan bahkan malaikat tak punya pilihan-pilihan itu.

“Aku sudah tak memiliki kesempatan untuk menjadi baik, Fahd.”
Kata Tuan Setan di sela-sela nyanyiannya. “Only God, only God knows why… Only God knows why… Tapi aku ingin memberikan kesempatan pada manusia untuk meraih kebaikan paling sempurna, yakni ketika mereka mampu melampaui godaan dan ajakanku, mengabaikannya, dan menjemput kebaikan-kebaikan, kebenaran-kebenaran yang memang seharusnya mereka pilih. Itulah tugasku, menjaga gawang keburukan. Itulah tugasku, only God knows why… Aku ditugaskan untuk menyempurnakan nilai kebaikan. Berseberangan dengan-Nya adalah suatu kehormatan bagiku. Sebab hanya dengan begitu yang baik akan semakin terang benderang dan jelas untuk kalian pilih. Sekarang, semua terserah kalian.”

Saya menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Ada yang bergetar dalam dada.
Memang benar sepertinya. Tak ada alasan lagi untuk menunda memosisikan diri sebagai tuan bagi diri kita sendiri. Kitalah yang memilih melakukan kebenaran atau kejahatan, bukan siapapun. Oh, sudah saatnya kita menemukan kembali kemanusiaan kita. Bila kejahatan-kejahatan dan keburukan-keburukan yang selama ini ada di sekeliling kita adalah hasil akumulasi dari kejahatan-kejahatan dan keburukan-keburukan pribadi, sudah saatnya kita mengubahnya. Mulailah memilih segala yang baik dan yang benar dari diri kita sendiri, biarkan semua itu terus-menerus terakumulasi; lalu lihat apa yang akan terjadi!

Tuan Setan sudah menghilang tiba-tiba dari hadapan saya. Diam-diam saya ingin melakukan kebaikan pertama malam ini dengan berkata tulus padanya, “Terima kasih, Tuan Setan.” Dan kebaikan kedua? Saya menuliskan “curhat” ini buat kalian—semoga benar-benar menjadi kebaikan.

Kau ingin berbuat baik hari ini? Kau sudah melakukannya dengan membaca “curhat” ini.

Hati

Kunci sukses ada di dalam hati. Sukses di dunia dan di akhirat. Hati adalah sumber akhlaq, tingkah laku, cara berpikir, perasaan, dan tentu saja tempat iman dan taqwa. Dalam meraih sukses, maka langkah pertamanya ialah memperbaiki hati dan teguh dalam kondisi hati yang baik. Memang tidak mudah menjaga keteguhan hati. Dan, salah satu cara untuk menjaganya ialah dengan memohon kepada Sang Pemilik hati kita.

‘Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu’

Inilah kunci sukses. Saat hati kita sedang semangat, maka mintalah kepada Allah untuk meneguhkan hati kita agar tetap semangat. Semangat akan menghasilkan tindakan luar biasa dan tindakan luar biasa akan menghasilkan sukses luar biasa. Semua berawal dari hati, dan Allah yang membolak-balikkan hati kita, maka berdo’alah.

Jangan terjebak sama orang-orang yang mendewakan tindakan. Mungkin kita pernah atau sering mendengar bahwa do’a harus diiringi dengan tindakan atau usaha. Bukan berdo’a saja. Seolah do’a tidak akan ada hasilnya tanpa tindakan.
Bukan seperti itu pengertiannya.

Kata siapa Allah membutuhkan tindakan kita? Tidak, Allah berkuasa untuk mengabulkan do’a kita tanpa tindakan kita. Tindakan kita hanyalah salah satu dari cara Allah mengabulkan do’a kita. Berdo’alah, maka tindakan akan mengikuti jika itu kehendak Allah.

Hati kita akan bersemangat mengambil tindakan, bukan sembarang tindakan tetapi tindakan yang akan membawa kita kepada keberhasilan.

Saat ini banyak teknologi pengembangan diri yang berpusat pada kondisi hati. NLP, EFT, Emotional Healing, dan sebagainya adalah cara-cara bagaimana mengubah dan menjaga kondisi hati kita (baca perasaan) menjadi sebuah perasaan yang memberdayakan.

Hati yang teguh untuk mencapai cita-cita kita. Itu boleh-boleh saja selama tidak melanggar syariat, namun yang jelas: Yang membolak-balikkan hati kita adalah Allah. Jadi mintalah keteguhan hati kepada Allah. Teknologi hanyalah bentuk ikhtiar kita.
Yang harus kita ingat tiada kekuatan apapun di dunia ini tanpa seizin ALLOH

Motif Hidup

Kami sedang asyik ngobrol. Saya dan beberapa rekan guru yang_tak ada yang kebetulan_sedang sama-sama nganggur. Seorang kawan saya bercerita tentang kelasnya kemarin. Saat dia mengajar di kelas yang “spesial”, karena di sana ada siswa yang “spesial”. Orang-orang menyebutnya “berbeda” karena autisnya. Tapi kami, lebih senang menyebutnya “luar biasa”_karena rasanya tak adil untuk “membedakan”-nya. Nyatanya, anak yang “luar biasa” itu, banyak memberi “pelajaran” buat kami, gurunya.

To the point, hari itu ia bertanya pada gurunya (kawan saya yang bercerita). Pertanyaan yang menurut kawan saya, cukup menohok.
“Ibu, apa motivasi Ibu dalam menjalani kehidupan ini?”, begitu lebih kurang pertanyaannya.
“Bukannya aku tak bisa menjawab. Tapi, pertanyaan anak ini membuatku kembali berpikir…”, cerita kawan saya.
“Nova, sebenarnya aku tahu…bahwa tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah Allah…itulah hakikat hidup kita. Seharusnya itulah yang menjadi motivasi hidup kita. Aku tahu itu…Tapi, pertanyaan siswa itu mengingatkanku. Benarkah itu yang menjadi motivasiku? Sudahkah aku menjadikan itu sebagai sebenar-benarnya motivasi hidupku? Seolah pertanyaannya ingin meluruskan kembali motivasi kita yang barangkali tadinya melenceng atau terlupakan…”.

Subhanallah..dan justru di saat yang sama, kalimat demi kalimat kawan saya itu membuat saya juga ikut berpikir…Bagaimana cara dia “menyambut” pertanyaan siswa itu pun mengingatkan saya juga…

Setiap dari kita punya motivasi hidup. Setiap perbuatan kita ada motifnya. Untuk kebahagiaan… Untuk orang-orang terkasih… Untuk kesuksesan… Untuk kekayaan… Tidak mengapa kita menjadikan semua itu sebagai motivasi kita. Tapi hendaknya SEMUA motivasi itu bermuara pada yang SATU.

“Pernahkah kamu bertanya pada hati kecilmu, apa yang sebenarnya menjadi motivasimu? Sudah benarkah?”, ujarnya lagi…
Hmm, Alhamdulillah, bahagia sekali untuk “obrolan berharga” hari itu.