Powered By Blogger

Assalamu'alaikum....

Ridho Alloh selalu bersamamu... Yakinkan hari ini lebih baik dari hari kemarin... Dan usahakanlah untuk yang terbaik untuk hari esok.... Kasih sayang-Nya yang kau cari...

Cari Blog Ini

Rabu, 29 September 2010

Tugas B. Indonesia_Semester 1

A. Pengertian Bahasa Baku dan Pembakuan Bahasa

Bahasa baku adalah ragam bahasa yang secara sosial lebih digandrungi sering kali berdasarkan pada ujaran orang-orang yang berpendidikan di dalam dan di sekitar pusat kebudayaan dan/atau politik suatu masyarakat ujaran (Hartmann dan Strork, 1972:218)

Bahasa baku adalah suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan cultural melebihi dialek-dialek lainnya dan disepakati para penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna (Pei dan Bainor, 1954:203)

Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas yang dijadikan pokok sebagai dasar ukuran atau yang dijadikan standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu.

Pembakuan bahasa merupakan suatu proses yang berlangsung secara bertahap tidak terjadi sekali jadi.

Pembakuan bahasa adalah sikap masyarakat terhadap satu ragam bahasa, dan dari psikologi sosial kita mengetahui bahwa sikap masyarakat akan suatu proses tidak sebentar.

B. Alasan Penggunaan Bahasa Baku

Alasan penggunaan bahasa Indonesia baku tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa wilayah penggunaan bahasa Indonesia yang sangat luas. Hal ini diperparah oleh realitas geografisnya yang terpisah-pisah oleh pulau-pulau. Padahal pemisahan oleh kondisi geografis membuka peluang semakin besarnya pada perbedaan budaya dan bahasanya. Kabarnya, di wilayah Indonesia bagian Timur, hanya dipisahkan oleh sungai atau bukit saja bahasa daerah mereka menjadi berbeda. Apalagi dipisahkan oleh laut.
Meskipun menggunakan bahasa Indonesia, pengaruh kedaerahannya masih tampak. Dalam berbahasa Indonesia mereka masih menggunakan intonasi, kosakata, bentuk kata, dan tata kalimat bahasa daerahnya. Hal ini memang dianggap tidak baku.

Gambaran mudahnya, kita bayangkan para anggota MPR atau DPR kita pada saat rapat. Misalnya, mereka menggunakan bahasa Indonesia, namun masih dipengaruhi dialek masing-masing. Betapa runyamnya. Wakil rakyat kita akan tidak saling memahami sebagian dari pembicaraan mereka. Apalagi bila disiarkan secara langsung melalui televisi. Kita sebagai pemirsanya juga tidak memahaminya.

Karena itulah diperlukan bahasa yang bisa dipahami oleh semua penutur bahasa Indonesia. Bahasa tersebut adalah bahasa yang dijadikan patokan / standar bersama. Itulah bahasa Indonesia baku.

C. Fungsi Bahasa Baku

Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu

1. Fungsi Pemersatu (The Unifying Function)

Fungsi ini adalah suatu kesangguoan bahasa baku untuk menghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat dan membuat terciptannya kesatuan masyarakat tutur, dalam bentuk minimal, memperkecil adanya perbedaan variasi dialektial dan menyatukan masyarakat tutur yang berbeda dialeknya.

2. Fungsi Pemisah (Separatist Function)

Fungsi pemisah adalah bahwa ragam bahasa baku dapat memisahkan atau membedakan penggunaan ragam bahasa untuk situasi formal dan non formal. Para penutur harus bias menentukan kapan dia harus menggunakan ragam bahasa baku dan kapan tidak menggunakannya. Jika penutur tidak dapat membedakannya maka akan terjadi masalah social.

3. Fungsi harga diri (Prestige Function)

Pemakaian ragam bahasa baku akan memiliki perasaan harga diri yang lebih tinggi daripada yang tidak menggunakannya, sebab ragam bahasa baku biasanya tidak dapat dipelajari dari lingkungan keluarga atau lingkungan mesyarakat melainkan hanya diperoleh melalui pendidikan formal.

4. Fungsi Kerangka Acuan (Frame Of Reference Function)

Ragam bahasa akan dijadikan tolak ukur untuk norma pemakaian bahasa yang baik dan benar secara umum.

C. Ruang Lingkup Pemakaian Bahasa Baku

Bahasa Indonesia baku dapat dipergunakan dalam hal-hal seperti berikut:

1. Komunikasi Resmi (Tertulis).

Contoh : Surat-menyurat resmi, pengumuman resmi, undang-undang, peraturan, dan lain-lain.

2. Pembicaraan Formal Di Depan Umum (Lisan).

Contoh : Pidato, ceramah, khotbah, mengajar sekolah, mengajar kuliah, dan lain sebagainya.

3. Wacana Teknis (Tertulis).

Contoh : Karangan ilmiah, skripsi, tesis, buku pelajaran, lapor .

4. Pembicaraan Formal (Lisan).

Contoh : Murid kepada guru, bawahan kepada atasan, layanan pelanggan kepada pelanggan, menteri kepada presiden, dsb.

Adapun ciri-ciri bahasa Indonesia baku yaitu :

1. Memiliki ciri kemantapan yang dinamis

Berupa kaidah atau aturan yang tetap. Ciri kemantapan ini dapat diusahakan dengan melakukan kodifikasi bahasa terhadap dua aspek penting yaitu :

a) Bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaiannya,

b) Berkenaan dengan strukturnya sebagai suatu system komunikasi

Kedua aspek tersebut menghasilkan kumpulan kaidah yang berkenaan dengan struktur bahasa. Yang bersifat dinamis artinya mempunyai kemungkinan untuk berubah dalam jangka waktu tertentu,sebab secara teoritis tidak ada bahasa yang statis.

2. Memiliki ciri kecendekiaan

Ciri ini harus di upayakan agar bahasa itu dapat digunakan untuk membicarakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kehidupan modern. Kecendekiaan ini dapat dilakukan dengan memperkaya kosakata, dalam segala bidang kegiatan dan ilmu.

3. Memiliki ciri kerasionalan

Bahasa itu harus tampak dalam penggunaan bahasa di bidang kosakata maupun struktur sintaksis. Kerasionalan bahasa baku sangat tergantung pada kecendekiawan penutur untuk menyusun kalimat secara logika dapat diterima isinya.

D. Contoh Pemakaian Bahasa Baku

1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten.

Misalnya:
Bahasa baku

- Gubernur meninjau daerah kebakaran.

- Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.

2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara eksplisit.

Misalnya:
Bahasa Baku

- Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.

- Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.

3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek + pelaku + kata kerja secara konsisten.

Misalnya:
Bahasa Baku

- Surat anda sudah saya terima.

- Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.

Bahasa Tidak Baku

- Surat anda saya sudah terima.

- Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.

4. Pemakaian konstruksi sintensis.

Misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku

- anaknya - dia punya anak

- membersihkan - bikin bersih

- memberitahukan - kasih tahu

- mereka - dia orang

5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur gramatikal bahasa daerah.

Misalnya:
Bahasa Baku

- dia mengontrak rumah di Kebayoran lama

- Mobil paman saya baru

Bahasa Tidak Baku

- Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama.

- Paman saya mobilnya baru.

6. Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar.

Misalnya:
Bahasa Baku

- Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.

- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan
keluarganya merasa tidak aman.

Bahasa Tidak Baku

- Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.

- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan
keluarganya.

7. Penggunaan kata secara tepat dan efesien.

Misalnya:
Bahasa Baku

- Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah.

- Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras.

Bahasa Tidak Baku

- Korban kecelakaan bulan ini naik.

- Panen gagal memungkinkan kita mengimpor beras.

8. Penggunaan variasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan.

Misalnya:
Kalimat Biasa

- Dia pergi dengan diam-diam.

- Dengan pisau dikupasnya mangga itu.

Kalimat Bertekanan

- Pergilah daia dengan diam-diam.

- Dengan pisaulah dikupasnya mangga itu.

9. Partikel –kah, -lah dan –pun sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Bacalah buku itu sampai selesai!

10. Preposisi atau kata depan sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Saya bertemu dengan adiknya kemarin.

11. Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.

Misalnya:

Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.

12. Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Saya-Saudara memang harus bias berpengertian yang sama.

13. Pola kelompok kata kerja aspek + agan + kata kerja sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Kiriman buku sudah dia terima.

14. Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

saudaranya

dikomentari

15. Fungsi gramatikal (Subyek, predikat, objek) sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Kepala kantor pergi keluar negeri.

16. Struktur kalimat baik tunggal meupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku di dalam kalimat.

Misalnya:

Mereka sedang mengikuti perkuliahan Ilmu Dasar Alamiah

17. Kosakata sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.

18. Ejaan resmi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan EYD.

Peristilahan baku sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan pedoman Peristilahan Penulusan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63-64).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar